MAKALAH PEMBERIAN OBAT
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1
BAB I
PENDAHULUAN
Peran perawat, bidan, dan tenaga kesehatan dalam pemberian
obat dan pengobatan telah berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan
perkembangan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan diharapkan terampil dan
tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas tenaga medis tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun
juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk
dimiliki oleh tenaga kesehatan.
Tenaga
kesehatan memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat, bidan,dokter membantu
klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.
Keberhasilan
promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan
perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative, diresepkan oleh
dokter, atau obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan harus dapat membagi pengetahuan tentang
obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DOSIS OBAT
Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada
penderita dalam satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi
(liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila
dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang
memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau
dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan
melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan
terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai
mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.
Obat-obat
tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading
dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan
memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya
dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal.
Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa
(Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan
diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B.
MACAM-MACAM
DOSIS
Dosis
adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila
dikelompokkan bisa dibagi :
1.
Dosis
Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi
atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2.
Dosis
Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat
maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar
seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum
diperuntukkan orang dewasa.
3.
Dosis
Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila
dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis
(OD)
4.
Dosis
toxica yaitu dosis obat yang melampui dosis maksimalnya.
5.
Dosis
Khusus yaitu Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan
persentase BB tanpa lemak (BBTL) BBTL = BB x (100 - % lemak)Dosis penderita
geriatrik (>65 tahun)
6.
Dosis
dopamine. Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik
<70mmHg disertai dengan tanda-tanda syok. Rumus dopamine yaitu: Dosis X
BB(kg) X 60/4000. Contoh: Pasien dengan tekanan darah 80/50mmHg dan BB 50 kg.
Dosis dopamine dimulai dari 5mikrogram/kgBB/menit. Kita gunakan rumus praktik
saja=5X50X60/4000=15000/4000=3.75 cc/jam
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT
Dosis obat
yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor
penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap
respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor
tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1.
Faktor
Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam
air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam,
ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding
terbalik dengan toksisitasnya.
2.
Faktor
Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan,
intramuskular, intravena, dsb
c. Rektal, vaginal, uretral
d. Lokal, topical
e. Lain-lain : implantasi, sublingual,
intrabukal, dsb
3.
Faktor
Penderita:
a. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk
menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65
tahun). Pada anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam
kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan
dosis obat yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi
fisiologisnya mulai berkurang seperti :
-
proses
metaboliknya lebih lambat,
-
laju
filtrasi glomerulus berkurang,
-
kepekaan/respon
reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah,
-
kesalahan
minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan,
-
pendengaran
telah berkurang dan pelupa,
-
efek
samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu
diturunkan.
b. Berat badan
Biarpun
sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar. Pasien obesitas mempunyai
akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai
proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien
obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil
daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume
distribusi obat.
c. Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat
dibandingkan pria.
Pemberian obat pada
wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti
pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang
dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital.
d. Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang
dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini
biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate
& anagetik narkotik
e. Keadaan pato-fisiologi : kelainan
pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi
metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat
f. Bentuk sediaan dan cara pemakaian
Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan
yang digunakan dan cara pemakaian,perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi
obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi
lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan
bentuk sediaan larutan.
Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi
proses farmakokinetik
g. Waktu pemakaian
Waktu
ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama
pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi
obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif
bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi
lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan.
h. Pemakaian bersama obat lain
(interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi
interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan
atau efek yang menganggu.
Misal interaksi
tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium (logam ini
terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus
dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin
membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran
cerna.
D.
PERHITUNGN
DOSIS
DOSIS OBAT UNTUK ANAK(Pediatrik)
KATEGORI ANAK:
Anak premature : lahir kurang 35 minggu
Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
Bayi : infant s/d 1 tahun
Balita : 1-5 tahun
Anak : 6-12 tahun
PENENTUAN DOSIS ANAK
Dalam
menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan. Organ
(hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum
maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa
1.
Neonatus
>29,7% dari dewasa
2.
Bayi
6 bulan >20,7% dari dewasa
3.
Anak
s/d 7 th. >5,5% dari dewasa
Rumus
perhitungan dosis anak
1.
Menurut
perbandingan umur orang dewasa ;
Rumus Young : untuk anak 1-8
tahun kebawah
Da = n x Dd
n + 12
contoh soal :
1.
Dosis lazim paroksetin (paxil) utk dewasa adalah 20 mg/hari
utk penangangan gangguan obesif konfulsif. Berapa dosis obat ini utk anak
berusia 6 tahun?
jawab : 6 x 20 mg = 6,67 mg/hari

jawab : 6 x 20 mg = 6,67 mg/hari
6
+ 12
Rumus Dilling : utk anak
lebih dari 8 tahun
Da = n x
Dd
20
Contoh soal :
1.
R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact.
qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)
Analisa
resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan,
mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari
satu bungkus.
DM sekali pakai =
(12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin
sulfat sekali pakai
b.
DM untuk sehari untuk anak 12 tahun
DM sehari = (12/20) x
3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin
untuk sehari .
Ket
:
Da = Dosis
obat untuk anak
Dd = Dosis
obat untuk dewasa
N = Umur anak dalam tahun
2.
Menurut
perbandingan berat badan orang dewasa
(70 kg) :
Rumus Clark
Da = W anak x Dd
W dewasa
atau Da = W
x Dd
contoh :
Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa adalah 50 mg per hari.
Berapa dosis untuk anak berbobot 40 kg?
Jawab : Da = 40 x 50 mg
= 200 mg
3.
Rumus
Fried untuk umur bayi 0-12 bulan

150
4.
Menurut
perbandingan luas permukaan tubuh orang dewasa (1,73 m2)
Rumus Crawford-Terry-Rourke :
Da = LPT anak x Dd
LPT dewasa
E.
KESALAHAN
DOSIS ATAU OVERDOSIS
1. Akibat kelebihan dosis:
a. pernapasan akan tertekan/sesak nafas
b. mual-mual/muntah
c. berkurangnya tingkat kesadaran
d. pusing
2. Penanganan kelebihan dosis sesuai
dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara penambahan oksigen.
F.
PERSIAPAN
PEMBERIAN OBAT
Perawat, bidan, dan tenaga medis
bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Persiapan dan
pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat, bidan, dan dokter. Caranya adalah tenaga medis harus mengetahui
semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang
direkomendasikan. Secara hukum perawat, bidan, dan dokter bertanggung iawab
jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat
tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Tenga medis wajib
membaca buku-buku refrensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek
terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan.
Perawat menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman.
Perawat menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman.
a. Benar obat
b. Benar dosis
c. Benar Klien
d. Benar rute pemberian
e. Benar waktu
A. Benar Obat
Apabila
obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat atau format
pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Membandingkan label
pada wadah obat dengan format atau etiket obat. Perawat melakukan ini sebanyak
tiga kali, yaitu :
a. Sebelum memindahkan wadah obat dari
laci atau lemari
b. Pada saat sejumlah obat yang
diprogramkan dipindahkan dari wadahnya
c. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat
penyimpanan
Perawat
hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat
yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Upayakan untuk tidak
menyiapkan obat dari wadah tidak bertanda atau wadah yang labelnya tidak
terbaca. Apabila klien menolak obat, upayakan untuk tidak mengembalikan obat ke
wadah aslinya atau memindahkan obat tersebut ke wadah lain.
B. Benar Dosis
Sistem unit – dosis distribusi obat
meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.
Apabila sebuah obat harus disediakan
dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang
dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat
yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan
meningkat. Gelas ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus dapat digunakan
untuk menghitung obat dengan akurat.
C. Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat dengan
aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Perawat
bertanggung jawab dalam memberikan obat terhadap banyak klien. Untuk
mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau
laporan pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam medik klien,
atau meminta klien untuk menyebutkan namanya sewaktu perawat memberikan obat.
Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan
berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang benar,
sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya. Klien yang
menggunakan obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk tidak pernah
memberi obatnya kepada anggota keluarga atau teman.
D. Benar Rute
Apabila
sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengonsultasikannya kepada dokter. Bila rute pemberian obat bukan cara yang
direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
E. Benar Waktu
Perawat
harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu dalam
satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah
Contoh:
dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali sehari).
Kedua obat diberikan tiga kali dalam 24 jam. Tujuan diberikan obat q8h dalam
hitungan jam adalah mempertahankan kadar terapeutik obat. Perbedaannya, obat
tidak diberikan selam klien terjaga. Setiap institusi memiliki rekomendasi
jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan dengan interval sering. Beberapa
obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian obat
yang tepat. Obat tidurpun harus diberikan menjelang klien tidur, jika perawat
menyadari bahwa sebuah prosedur dapat mengganggu tidur klien, sebaiknya
pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperoleh manfaat
optimal obat. Perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat
ketidaknyamanan. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka
efek analgesik mungkin tidak cukup. Untuk klien yang sulit mengingat waktu
minum obat, perawat dapat membuat bagan yang memuat daftar waktu pemberian
setiap obat.
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam
prosedur pemberian obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan,
pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat) Persiapan :
1. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
2. Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi
obat
3. Periksa perintah pengobatan
4. Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
5. Periksa tanggal kadaluarsa
6. Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan
perawat lain
7. Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik
dengan perawat lain atau ahli Farmasi
8. Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat.
Jika dosis obat dalam unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah
memastikan kebenaran identifikasi pasien
9. Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau
lengkung terendah dari cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
10. Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa
lambung (kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan
G. PENGGUNAAN UNIT DOSIS OBAT
Jika obat digunakan dibawah dosis lazimnya, maka suatu
obat tidak akan cukup memberikan khasiat sedangkan apabila dosis yang diberikan
melebihi dosis maksimalnya maka efek racun dari suatu obat akan terjadi pada
penggunanya. Ketepatan jumlah dosis menjadi salah
satu bagian yang paling penting dalam memperoleh khasiat dari obat tersebut.
Informasi mengenai dosis obat dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang
disertakan pada suatu produk obat atau dengan menanyakannya pada apoteker anda.
Keracunan obat
bisa terjadi karena dosis yang diminum melebihi dosis anjuran. Misalnya karena
merasa ingin cepat sembuh, dosis obat yang seharusnya satu tablet diminum
menjadi 2 tablet.
Dalam penggunaan dosis obat terdapat batasan obat. Sebagai
bahan kimia, obat identik dengan racun. Yang membedakan adalah cara pemberian
dan dosisnya. Bila indeks terapinya sempit, seperti digoksin dan xantine,
tingkat toksisitasnya akan semakin tinggi. Berdasarkan Permenkes RI No.
242/1990, OBAT JADI: merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang
siap digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Kegunaan obat, antara lain:
a. Diagnosis
Contohnya barium sulfat
(BaSO4) yang digunakan sebagai cairan kontras dalam pemeriksaan radiology untuk
melihat fungsi organ tertentu.
b. Pencegahan
Misalnya Vaksin yang
diberikan pada adik bayi.
c. Mengurangi/menghilangkan
gejala
Untuk menghilangkan
gejala simtomatis ada golongan analgetika yang udah kita kenal seperti
Antalgin, Paracetamol.
d. Menyembuhkan penyakit
Diantaranya antibiotic,
yang harus kita tegaskan aturan minumnya agar tak terjadi resistensi.
e. Memperelok tubuh
Obat jerawat, pemutih
kulit,dll.
H. PENCEGAHAN
INJURI PENGOBATAN
Dalam risiko cedera sebagai hasil
dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber
pertahanan.
Faktor resiko :
1. Eksternal
a.
Mode transpor atau cara perpindahan
c.
Pola
kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
e.
Nutrisi
(contoh : vitamin dan tipe makanan)
f.
Biologikal
( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
g.
Kimia
(polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet,
kosmetik, celupan (zat warna kain))
2. Internal
·
Psikolgik
(orientasi afektif)
·
Mal
nutrisi
·
Bentuk darah abnormal, contoh :
leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle
cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.
·
Biokimia,
fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
·
Disfugsi
gabungan
·
Disfungsi
efektor
·
Hipoksia
jaringan
·
Perkembangan
usia (fisiologik, psikososial)
·
Fisik
(contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)
3. NOC : Risk
Kontrol
Kriteria Hasil
:
Ø Klien mampu
menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Ø Klien mampu
menjelaskan
Ø Factor resiko
dari lingkungan/perilaku personal
Ø Mampu memodifikasi gaya hidup untuk
mencegah injury
Ø Menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
Ø Mampu mengenali
perubahan position kesehatan
4. NIC : Environment
Management (Manajemen lingkungan)
1.
Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
2.
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
3.
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
(misalnya memindahkan perabotan)
4.
Memasang
side rail tempat tidur
5.
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
6.
Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
7.
Membatasi
pengunjung
8.
Memberikan
penerangan yang cukup
9.
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan
barang-barang yang dapat membahayakan
12. Berikan
penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan position
kesehatan dan penyebab penyakit
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam
memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien. Dengan
menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat. Agar
pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita berikan.
Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan
untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi, sebagai bidan
yang professional harus mampu menguasai tentang dosis obat.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar