Kamis, 22 Agustus 2013

MAKALAH PEMBERIAN OBAT

MAKALAH PEMBERIAN OBAT 
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1



BAB I
PENDAHULUAN
Peran perawat, bidan, dan tenaga kesehatan dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas tenaga medis tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat, bidan,dokter  membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan  harus dapat membagi pengetahuan tentang obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN DOSIS OBAT
Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.
 Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B.     MACAM-MACAM DOSIS
            Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila dikelompokkan bisa dibagi :
1.      Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2.      Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa.
3.      Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)
4.      Dosis toxica yaitu dosis obat yang melampui dosis maksimalnya.
5.      Dosis Khusus yaitu Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB tanpa lemak (BBTL) BBTL = BB x (100 - % lemak)Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)
6.      Dosis dopamine. Salah satu indikasi penggunaan dopamine adalah pada TD sistolik <70mmHg disertai dengan tanda-tanda syok. Rumus dopamine yaitu: Dosis X BB(kg) X 60/4000. Contoh: Pasien dengan tekanan darah 80/50mmHg dan BB 50 kg. Dosis dopamine dimulai dari 5mikrogram/kgBB/menit. Kita gunakan rumus praktik saja=5X50X60/4000=15000/4000=3.75 cc/jam
C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS OBAT
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1.      Faktor Obat:
a.       Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b.      Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c.       Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2.      Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a.       Oral : dimakan atau diminum
b.      Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c.       Rektal, vaginal, uretral
d.      Lokal, topical
e.       Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3.      Faktor Penderita:
a.       Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Pada anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Sedangkan pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti :
-          proses metaboliknya lebih lambat,
-          laju filtrasi glomerulus berkurang,
-          kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah,
-          kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan,
-          pendengaran telah berkurang dan pelupa,
-          efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
b.      Berat badan
Biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar. Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat.
c.       Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria.
 Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital.
d.      Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik
e.       Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat
f.       Bentuk sediaan dan cara pemakaian
Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara pemakaian,perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan.
 Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses farmakokinetik
g.      Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan.
h.      Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu.
 Misal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna.  
D.    PERHITUNGN DOSIS
DOSIS OBAT UNTUK ANAK(Pediatrik)
KATEGORI ANAK:
Anak premature : lahir kurang 35 minggu
Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
Bayi : infant s/d 1 tahun
Balita : 1-5 tahun
Anak : 6-12 tahun


PENENTUAN DOSIS ANAK
Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa
1.      Neonatus >29,7% dari dewasa
2.      Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa
3.      Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa
Rumus perhitungan dosis anak
1.      Menurut perbandingan umur orang dewasa ;
Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah
  
      Da =        n       x   Dd
                    n + 12
contoh soal :
1.      Dosis lazim paroksetin (paxil) utk dewasa adalah 20 mg/hari utk penangangan gangguan obesif konfulsif. Berapa dosis obat ini utk anak berusia 6 tahun?
jawab :    6       x 20 mg = 6,67 mg/hari
6 + 12
Rumus Dilling : utk anak lebih dari 8 tahun
Da =    n    x    Dd
                       20
Contoh soal :
1.      R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact.    qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)
Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan, mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu bungkus.
Jawab: a.  DM sekali pakai untuk anak 12 tahun
     DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai
            b.  DM untuk sehari  untuk anak 12 tahun
     DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari .
Ket :
Da = Dosis obat untuk anak
Dd = Dosis obat untuk dewasa
N  = Umur anak dalam tahun
2.      Menurut perbandingan berat badan orang dewasa  (70 kg) :
Rumus Clark
Da =  W anak    x Dd             
      W dewasa
atau     Da =     W   x  Dd
contoh :
Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa adalah 50 mg per hari. Berapa dosis untuk anak berbobot 40 kg?
Jawab : Da = 40 x 50 mg
                    = 200 mg
3.      Rumus Fried untuk umur bayi 0-12 bulan
Da =    n   x   Dd
            150
4.      Menurut perbandingan luas permukaan tubuh orang dewasa (1,73 m2)
Rumus Crawford-Terry-Rourke :

Da =    LPT anak    x  Dd
            LPT dewasa
E.     KESALAHAN DOSIS ATAU OVERDOSIS
1.      Akibat kelebihan dosis:
a.       pernapasan akan tertekan/sesak nafas
b.      mual-mual/muntah
c.       berkurangnya tingkat kesadaran
d.      pusing
2.      Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara penambahan oksigen.
F.      PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT
Perawat, bidan, dan tenaga medis bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat, bidan, dan dokter.  Caranya adalah tenaga medis harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat, bidan, dan dokter bertanggung iawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Tenga medis wajib membaca buku-buku refrensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek terapeutik  yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Perawat menggunakan ”lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman. 
a.        Benar obat
b.       Benar dosis
c.       Benar Klien
d.      Benar rute pemberian
e.       Benar waktu
A.     Benar Obat
Apabila obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan etiket obat atau format pencatatan unit dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Membandingkan label pada wadah obat dengan format atau etiket obat. Perawat melakukan ini sebanyak tiga kali, yaitu :
a.       Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau lemari
b.      Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya
c.       Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Upayakan untuk tidak menyiapkan obat dari wadah tidak bertanda atau wadah yang labelnya tidak terbaca. Apabila klien menolak obat, upayakan untuk tidak mengembalikan obat ke wadah aslinya atau memindahkan obat tersebut ke wadah lain.
B.      Benar Dosis
 Sistem unit – dosis distribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.  Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat. Gelas ukur, spuit dan sendok yang dirancang khusus dapat digunakan untuk menghitung obat dengan akurat.
C.      Benar Klien
 Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Perawat bertanggung jawab dalam memberikan obat terhadap banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokkan dengan nama atau no rekam medik klien, atau meminta klien untuk menyebutkan namanya sewaktu perawat memberikan obat. Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien menunjukkan bahwa klien adalah orang yang benar, sebaiknya perawat meminta klien menyebutkan nama lengkapnya. Klien yang menggunakan obat secara mandiri di rumah harus diperingatkan untuk tidak pernah memberi obatnya kepada anggota keluarga atau teman.
D.    Benar Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
E.     Benar Waktu
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat di programkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah
Contoh: dua obat diberikan, satu q8h (setiap 8 jam) dan yang lain tid (3 kali sehari). Kedua obat diberikan tiga kali dalam 24 jam. Tujuan diberikan obat q8h dalam hitungan jam adalah mempertahankan kadar terapeutik obat. Perbedaannya, obat tidak diberikan selam klien terjaga. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan dengan interval sering. Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian obat yang tepat. Obat tidurpun harus diberikan menjelang klien tidur, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat mengganggu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperoleh manfaat optimal obat. Perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidaknyamanan. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek analgesik mungkin tidak cukup. Untuk klien yang sulit mengingat waktu minum obat, perawat dapat membuat bagan yang memuat daftar waktu pemberian setiap obat.
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat) Persiapan :
1.       Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
2.        Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
3.        Periksa perintah pengobatan
4.        Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
5.        Periksa tanggal kadaluarsa
6.        Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
7.        Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
8.        Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien
9.        Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
10.     Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan
G.    PENGGUNAAN UNIT DOSIS OBAT
Jika obat digunakan dibawah dosis lazimnya, maka suatu obat tidak akan cukup memberikan khasiat sedangkan apabila dosis yang diberikan melebihi dosis maksimalnya maka efek racun dari suatu obat akan terjadi pada penggunanya. Ketepatan jumlah dosis menjadi salah satu bagian yang paling penting dalam memperoleh khasiat dari obat tersebut. Informasi mengenai dosis obat dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang disertakan pada suatu produk obat atau dengan menanyakannya pada apoteker anda. Keracunan obat bisa terjadi karena dosis yang diminum melebihi dosis anjuran. Misalnya karena merasa ingin cepat sembuh, dosis obat yang seharusnya satu tablet diminum menjadi 2 tablet. Dalam penggunaan dosis obat terdapat batasan obat. Sebagai bahan kimia, obat identik dengan racun. Yang membedakan adalah cara pemberian dan dosisnya. Bila indeks terapinya sempit, seperti digoksin dan xantine, tingkat toksisitasnya akan semakin tinggi. Berdasarkan Permenkes RI No. 242/1990, OBAT JADI: merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Kegunaan obat, antara lain:
a.       Diagnosis
Contohnya barium sulfat (BaSO4) yang digunakan sebagai cairan kontras dalam pemeriksaan radiology untuk melihat fungsi organ tertentu.
b.      Pencegahan
Misalnya Vaksin yang diberikan pada adik bayi.
c.       Mengurangi/menghilangkan gejala
Untuk menghilangkan gejala simtomatis ada golongan analgetika yang udah kita kenal seperti Antalgin, Paracetamol.
d.      Menyembuhkan penyakit
Diantaranya antibiotic, yang harus kita tegaskan aturan minumnya agar tak terjadi resistensi.
e.       Memperelok tubuh
Obat jerawat, pemutih kulit,dll.
H.    PENCEGAHAN INJURI PENGOBATAN
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.
Faktor resiko :
1.      Eksternal
a.       Mode transpor atau cara perpindahan
b.      Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)
c.       Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
d.      Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan atau perlengkapan)
e.       Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
f.       Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
g.      Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain))
2.      Internal
·         Psikolgik (orientasi afektif)
·         Mal nutrisi
·         Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak berfungsi.
·         Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
·         Disfugsi gabungan
·         Disfungsi efektor
·         Hipoksia jaringan
·         Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
·         Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas)

3.      NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
Ø  Klien terbebas dari cedera
Ø  Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
Ø  Klien mampu menjelaskan
Ø  Factor resiko dari lingkungan/perilaku personal
Ø  Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
Ø  Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Ø  Mampu mengenali perubahan position kesehatan
4.      NIC : Environment Management (Manajemen lingkungan)
1.      Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2.      Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
3.      Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
4.      Memasang side rail tempat tidur
5.      Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6.      Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
7.      Membatasi pengunjung
8.      Memberikan penerangan yang cukup
9.      Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
10.  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
11.  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
12.  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan position kesehatan dan penyebab penyakit 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi, sebagai bidan yang professional harus mampu menguasai tentang dosis obat.

  
DAFTAR PUSTAKA